Sunday, 13 July 2014

Seri Babad Ponorog 11

Kisah Asal Mula nama Badegan,Pulung Dan Sawoo.

(Perjalanan Susuhunan Pakubuwono II Di Ponorogo)

Mungkin karena sikap penduduknya yang suka menolong, Ponorogo sering digunakan sebagai tempat pengungsian para raja Jawa yang bertikai. Salah satu raja Surakarta yang mengungsi ke Ponorogo adalah Sunan Pakubuwono II dan sejarah perjalananya terabadikan menjadi nama beberapa daerah di Ponorogo.

Asal Mula Nama Badegan.

Tahun 1742 timbul geger Pecinan atau Pemberontakan Cina yang menyebabkan Sunan Pakubuwono II terusir dari tahta. Ditemani para abdinya yang setia beliau mengungsi ke Ponorogo dari arah barat.

Sampai di perbatasan Ponorogo, beliau merasa haus namun tidak ada air lalu penduduk memberinya badeg (minuman dari perasan buah). Sunan Paku Buwono II lalu berkata” di sini rupanya sulit air yang ada hanya badeg..nanti berilah nama tempat ini Badegan”

Sunan Pakubuwono II lalu berjalan ke timur dan melihat sebuah desa yang tertata rapi. Pemimpin tempat itu bernama Jayengrono (tempatnya sekarang bernama Jayengranan, Kranggan Sukorejo) beliau yakin yang ditemuinya bukan orang sembarangan lalu meminta Jayengrono mendampinginya.

Asal Mula Nama Pulung

Saat berjalan di kawasan timur Ponorogo,Sunan Pakubuwono mengalami banyak ujian dan penderitaan. Beberapa nama tempat diberi atas kisah perjalananya seperti

1. Bedagan. Bedagan berasal dari kata bedag yang artinya berburu karena Sunan Pakubuwono II berburu hewan hutan di tempat tersebut

2. Sepayung. Sunan Pakubuwono II kehujanan di tempat tersebut lalu membuka payung sehingga tempatnya dinamakan Sepayung

3. Selayon: Sunan Pakubuwono II bertirakat tidak makan dan tidur sehingga badanya seperti layon (mayat) maka tempatnya dinamakan selayon.

Setelah lama bertirakat, Sunan Pakubuwono II melihat cahaya yang bergerak turun lalu mencarinya hingga tiba di rumah seorang kakek tua. “Kakek,apakah kakek melihat cahaya yang masuk rumah ini?” tanya Sunan Pakubuwono II. Kakek tua tersebut menjawab” Iya, itu dinamakan Pulung (istilah ini artinya cahaya ghaib sebagai pertanda keberuntungan dari Yang Maha Kuasa) .

Pulung tersebut berasal dari pedang pusaka kakek tersebut yang ternyata adalah seorang empu bernama Empu Selembu. Pedang tersebut kemudian diberikan kepada Jayengrono. Akhirnya tempat Sunan Pakubuwono II melihat cahaya tersebut dinamakan Pulung.

Asal Mula Nama Sawoo

Perjalanan Sunan Pakubuwono II berlanjut ke wilayah selatan. Di kaki gunung beliau bertapa dibawah pohon Sawoo hingga tempat itu kemudian diberi nama Sawoo. Di tempat tersebut beliau diberi kacang oleh penduduk lalu beliau berkata ” Terima kasih,nanti desamu berilah nama desa Kacangan dan saya doakan penduduknya hidup makmur berkecukupan”.

Menjadi Murid Tegalsari

Saat bertirakat,Sunan Pakubuwono II mendengar suara bak ribuan lebah mendengung dari kejauhan lalu bertanya pada suara apakah itu. Oleh para pembantunya dijawab “ itu adalah suara orang wiridan memuji Allah”. Setelah ditanyakan suara tersebut berasal dari pesantren Gebang Tinatar Tegalsari Jetis dimana para santri Tegalsari sedang melakukan wiridan.

Hati Sunan Pakubuwono II langsung tergerak datang ke Tegalsari. Di tempat tersebut Kyai Ageng Besari menerima kedatanganya lalu Sunan Pakubuwono II menceritkan perjalananya.

Kyai Ageng Besari mengajak Sunan Pakubuwono II tinggal beberapa lama untuk mengajarinya pengetahuan keagamaan sambil bermunajat. Setelah sekitar 40 hari, Kyai Ageng Besari meminta muridnya Bagus Harun Basyariyah dan Bupati Ponorogo Raden Surobroto serta Jayengrono untuk membantu Pakubuwono II. Pasukan Ponorogo berangkat tanggal 21 Desember 1742

Asal Mula Desa Menang

Saat perjalanan ke Surakarta Sunan Pakubuwono II singgah di sebuah desa,di tempat tersebut sunan dijamu makan jenang katul. Mungkin karena tidak terbiasa,Sunan Pakubuwono II makan jenang dari tengah wadah. Mbok rondho yang mengetahui hal tersebut berkata” wah..makan kok dari tengah,pasti masih panas, seharusnya dari pinggir,nanti ke tengah semakin dingin”.

Mendengar hal tersebut Sunan Pakubuwono II seakan mendapat ilham. Strategi perangnya di ubah tidak seperti biasa menyerbu langsung ke pusat kota namun menyerbu dan melemahkan pasukan lawan satu persatu dari pinggir. Akhirnya Sunan Pakubowono II bisa kembali menjadi raja.

Desa Perdikan Tegalsari, Menang Dan Sewulan Dagangan Madiun.

Sebagai balas budi, Pesantren Tegalsari dijadikan Desa Perdikan yakni penduduknya dibebaskan dari pajak. Bagus Harun Basyariyah semula akan dijadikan Bupati Banten namun menolak karena ingin tetap dekat dengan gurunya.

Mbok Rondho yang memberi jenang katul dan anak angkatnya diberi hadiah dan desanya dijadikan desa Perdikan bernama desa Menang.

Akhirnya Bagus Harun Basyariyah mendapat kedudukan di Sewulan Dagangan Madiun. Jayengrono dijadikan bupati yakni Bupati Pedanten, beliau dikenal sebagai ahli tirakat dan ilmu lalu meninggal dan dimakamkan di Pulung.

Referensi:

Buku Babad Ponorogo Bab III Halaman 224.Tulisan ini kami susun dari naskah asli berbahasa Jawa, ada sedikit penyuntingan namun insyaallah tidak merubah point tulisan.
Babad Tegalsari.
 
Sumber : FB Setenpo

No comments:

Post a Comment