Sunday 13 July 2014

Seri Babad Ponorogo 15

Sejarah Kabupaten Gadingrejo II
 
Kisah Rondo Darang Serta Kyai Dugel Kesambi

Seperti diceritakan sebelumnya, Raden Joyonegoro dari Gadingrejo Sambit di asingkan ke gunung Loreng Slahung oleh Mataram. Ada salah seorang istri Raden Joyonegoro bernama Sekardaru merasa tidak kuat menahan malu karena diasingkan lalu pergi bertapa ke arah barat.

Sekardaru lalu bertapa, tempatnya bertapa kemudian dinamakan Darang, berasal dari kata Sekardaru Wirang (Sekardaru merasa dipermalukan), terletak di desa Senepo Slahung. Orang desa menyebut Sekardaru Mbah Putri Darang, salah satu pesan dari beliau” anak cucu jika ingin hidup bahagia hendaknya merantau meninggalkan kampung halaman”

Raden Joyonegoro juga mempunyai seorang putra,bernama Raden Buntara. Karena hidup di pengasingan beliau lebih suka dipanggil dengan julukan Dugel Kesambi. Sejak kecil Dugel Kesambi sudah dilatih berpuasa, bertirakat hingga menjadi orang berilmu tinggi.

Setelah beranjak dewasa, Dugel Kesambi pergi mengembara menambah ilmu lalu menetap di desa Ngloning. Di tempat tersebut beliau banyak menolong warga mengobati orang sakit, memberi jalan keluar orang yang sedang bersusah hati sehingga dihormati masyarakat. Lama kelamaan masyarakat mengetahui bahwa beliau masih keturunan bangsawan hingga beliau dipanggil dengan nama Mbah Pangeran atau Kyai Dugel Kesambi.

Kyai Dugel Kesambi mempunyai anak lelaki bernama Abdulah, kemudian babad alas di dusun Mantup desa Ngasinan dan namanya berganti menjadi Nursalim berjuluk Kyai Mantup. Kyai Mantup mempunyai seorang anak perempuan yang kemudian dinikahkan dengan murid Kyai Donopuro bernama Mohamad Besari yang kemudian dikenal menjadi Kyai Ageng Besari.

Sumber : Babad Ponorogo,Jilid IV Hal 21. Tulisan asli berbahasa Jawa, kami terjemahkan dan sedikit kami sunting,insyaallah tidak merubah point utama cerita.
 
Sumber : FB Setenpo

Foto: Wilayah Pegunungan Selatan Kecamatan Slahung.
 

No comments:

Post a Comment