Sunday, 13 July 2014

Seri Babad Ponorogo 14

Sejarah Kabupaten Gadingrejo Sambit (1604-1611 M)

Di sebelah selatan Ponorogo tepatnya di desa Campursari Sambit pernah berdiri sebuah kabupaten bernama Gading Rejo. Tahun 1911,dusun Gading,Judel dan Bedali dijadikan 1 dan dinamakan desa Campursari.

Awal Mula Gadingrejo

Panembahan Senopati di Mataram mempunyai 9 orang putra. Penerus tahta kemudian dipegang oleh anak nomer 6 yakni Pangeran Jolang. Saat menjabat, Pangeran Jolang mengangkat saudaranya menjadi bupati di wilayah timur bernama raden Mas Bathothot bergelar Pangeran Joyorogo.

Pangeran Joyorogo dipasrahkan pada bupati Ponorogo Tumenggung Ronggowicitro agar diberikan tempat membuka lahan baru. Oleh Tumenggung Ronggowicitro Pangeran Joyorogo ditempatkan di sebuah dusun bernama Srigadhing yang terletak kurang lebih 15 KM kota Ponorogo.

Daerah kabupaten Gadingrejo tanahnya datar,subur dan luas sehingga dalam waktu singkat Bupati Joyorogo dan keluarganya menjadi kaya raya. Setelah berhasil,beliau mengumpulkan anak anak muda dilatih pelajaran beladiri dan taktik perang. Anak anak muda merasa senang,namun para pinisepuh menjadi khawatir karena menduga pasti ada maksud dari Bupati Joyorogo menghimpun kekuatan.

Bupati Gadingrejo Mbalelo

Pada masa dahulu, menjadi kewajiban para bupati untuk menghadap raja pada hari raya Idul Fitri dan Maulud.3 kali pertemuan Bupati Joyorogo tidak hadir. Hal ini mengundang tanda tanya dari raja mataram,apalagi Pangeran Joyorogo mengubah namanya menjadi Joyonegoro.

Setelah diselidiki,kemudian terbukti ada rencana dari pangeran joyorogo alias joyonegoro untuk melawan mataram. Bupati ponorogo dan para lurah di gadingrejo kemudian meminta pertimbangan raja mataram tentang hal tersebut.

Pangeran Jolang kemudian meminta pangeran Pringgoloyo adiknya berangkat ke Gadingrejo menanyakan kesetiaan Gadingrejo. Beliau di iringi oleh Tumenggung Ronggowicitro dan Tumenggung Martoloyo.

Mempertanyakan Tahta

Kedatangan pasukan Mataram dan Ponorogo yang telah disusun segelar sepapan (formasi perang) membuat penduduk Gadingrejo panik. Mereka masuk ke dalam rumah karena bingung dengan apa yang terjadi. Setiba di pendopo gadingrejo, Pangeran Pringgoloyo lalu berdialog dengan Pangeran Joyonegoro Bupati Gading Rejo

Pangeran Pringgoloyo: Kang mas,sudah 3 kali pertemuan kang mas tidak hadir ke mataram.ada apakah gerangan yang membuat kang mas tidak hadir?..

Pangeran Joyonegoro: Adimas,coba kau fikir…aku dan Raden Jolang itu siapa yang lebih tua,kenapa aku yang harus menghadap?..

Pangeran Pringgoloyo: Dalam kerajaan,siapa yang menjadi raja tak peduli usia itulah yang kita dahulukan kangmas

Pangeran Joyonegoro: Bukankan aku juga pantas menjadi raja karena lebih tua?..

Pangeran Pringgoloyo: Berarti,kangmas mau memberontak?

Pangeran Joyonegoro: Terserah bagaimana engkau menafsirkan

Pangeran Pringgoloyo: Kang mas,saya kemari hendak memastikan hal ini. Karena terbukti hendak memberontak,saya terpaksa menjatuhkan hukuman. Kang mas dan keluarga di usir dari sini dan dihukum di Masjid Batu.

Pangeran Joyonegoro terkejut dengan apa yang dihadapinya. Jika melawan pasti akan jatuh banyak korban tak berdosa,maka beliau menyerahkan diri.

Akhir Cerita

Dari Gading Rejo pasukan yang membawa Pangeran Joyonegoro lurus ke barat,lalu berbelok ke selatan. di daerah Slahung lalu bertemu sebuah gunung yang terlihat seperti Masjid,bernama Gunung Loreng. Setelah meminta pertimbangan bupati Ponorogo maka diputuskan bahwa pangeran Joyonegoro diasingkan di Gunung Loreng pada sebuah tempat bernama Tumpak Sewangon hingga meninggal.

Sumber : Babad Ponorogo,Jilid VI Hal 12. Tulisan asli berbahasa Jawa,kami terjemahkan dan sedikit kami sunting,insyaallah tidak merubah point utama cerita.
 
Sumber : FB Setenpo

No comments:

Post a Comment